Posted by : Unknown
Jumat, 16 Januari 2015
Rasulullah
saw., adalah pribadi yang berhati halus sehingga mudah meneteskan air mata.
Beliau pernah menangis cukup lama. Tatkala Bilal mengumandangkan adzan,
tangisan beliau belum juga mereda. Apa sebabnya?
Pada suatu malam, beliau meminta Aisyah ra.,
untuk meninggalkan beliau sendirian agar bisa bermunajat kepada Allah. Beliau
bangkit dari atas pembaringan untuk bersuci, lalu mengerjakan shalat. Dalam
munajat tersebut beliau terus-menerus mengangis sampai basahlah bagian depan
pakaian beliau, demikian pula jenggot beliau, bahkan tanah (tempat beliau
shalat) pun menjadi basah.
Seperti biasa, saat menjelang subuh, Bilal
pergi ke masjid dan mengumandangkan adzan. Setelah selesai adzan ia tidak
mendapati Rasulullah saw., seperti biasanya. Ia bergegas menuju rumah
Rasulullah saw. Di sana ia mendapati manusia mulia itu menangis.
Melihat keanehan itu Bilal bertanya, “Wahai
Rasulullah, mengapa engkau menangis? Bukankah Allah telah mengampuni dosa
engkau yang telah lalu dan yang akan datang?”
Rasulullah saw., menjawab, “Apakah aku tidak
ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur? Sesungguhnya tadi malam telah turun
sebuah ayat kepadaku. Sesungguhnya celaka orang yang tidak membacanya dan tidak
merenungi kandungannya. Ayat itu (yang artinya) adalah, Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran [3]: 190).”
Meski selalu mendapat rahmat dan ampunan-Nya,
Rasulullah saw., tetap ingat pada Allah serta selalu menjalankan perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Hal tersebut beliau lakukan sebagai bentuk syukur
kepada-Nya. Bagi beliau, syukur bukan berarti menikmati hidup, melainkan
mengabdikan diri kepada Sang Pemberi hidup.
[Betapa Rasulullah
Merindukanmu. Abdillah F. Hasan. Quanta.]