Posted by : Unknown
Jumat, 16 Januari 2015
"Tinggalkanlah
sesuatu yang meragukanmu menuju yang tidak menjadikan kamu ragu. Jujur itu
menenteramkan, sedangkan bohong itu dapat membuatmu bimbang.” (HR.
Tirmidzi)
Suatu hari ada seseorang menemui Rasulullah
saw., untuk masuk Islam. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, lelaki itu
menceritakan keadaannya yang sejak dulu gemar berjudi, mabuk-mabukkan, main
perempuan, dan melakukan dosa-dosa besar lainnya.
“Ya Rasulullah, sebenarnya saya ini suka
berbuat maksiat dan susah untuk meninggalkan kebiasaan itu,” ujarnya memberi
penjelasan.
Mendengar pengakuan itu, Rasulullah saw., tidak
marah. Beliau hanya menasihati untuk berkata jujur. “Kalau begitu, berjanjilah
untuk tidak berkata bohong,” pesan beliau.
Nasihat tersebut sangat gampang. Jadi, lelaki
itu menyanggupi untuk selalu berkata jujur. Tak lama kemudian, ia pulang ke
rumahnya.
Suatu hari ia melihat seorang wanita.
Perilaku buruknya yang suka main ke tempat prostitusi mulai kambuh. Nafsu
jahatnya bergejolak dan mendorongnya berbuat zina. Namun, ia ingat pesan
Rasulullah saw.
“Jika aku lakukan perbuatan ini, bagaimana
jika nanti Rasulullah bertanya? Apakah aku sanggup berbohong kepadanya?” bisik
hatinya. Ia pun mengurungkan niatnya.
Di lain waktu, ia ingin menenggak minuman
keras. Ia ingat kebiasaannya tempo dulu yang suka mabuk-mabukkan bersama
kawan-kawannya. Namun, lagi-lagi hatinya memberi nasihat, ”Bagaimana jika
Rasulullah bertanya tentang perbuatanku ini?”
Setiap kali akan berbuat maksiat, lelaki itu
selalu ingat nasihat Rasulullah saw. Akhirnya, ia menjadi orang saleh. Ia
memulai hidup baru dengan berhijrah dari keburukan menuju kemuliaan. Jujur.
Itulah kuncinya!
*[Betapa Rasulullah
Merindukanmu. Abdillah F. Hasan. Quanta.]