Posted by : Unknown
Jumat, 16 Januari 2015
Simaklah
kisah berikut.
Suatu
hari Rasulullah saw., sedang duduk bersama sahabat. Ketika melihat ada
seseorang lewat, beliau bertanya, “Bagaimanakah menurut kalian tentang orang itu?”
Sahabat menjawab, “Ya Rasulallah,
dia itu orang mulia, terpandang, keturunan bangsawan. Kalau meminang wanita
pasti diterima, kalau memerintah pasti dituruti.”
Beberapa saat kemudian, ada orang
lain yang lewat. Rasulullah saw., mengajukan pertanyaan yang sama, “Bagaimana
dengan orang itu?”
Sahabat menjawab, “Ya Rasulallah,
dia itu orang miskin. Kalau melamar wanita pasti ditolak, jika memerintah tidak
dituruti, kalau bicara tidak di dengar.”
Mendengar penuturan sahabat
tersebut, Rasulullah saw., memberi jawaban, “Orang Habsy yang kedua itu lebih
baik daripada yang pertama meskipun orang yang pertama memiliki dunia dan
isinya.”
Mengapa orang kedua yang miskin
tersebut lebih baik? Hal itu karena orang kedua jauh lebih bertakwa. Menurut
ulama, takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan
sungguh-sungguh.
Saat menjelang wafat, Rasulullah
saw., berpesan kepada sahabat-sahabat beliau tentang takwa. “Wahai Manusia,
sesungguhnya Tuhanmu satu dan bapakmu satu. Setiap kamu berasal dari Adam,
sedangkan Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Tidak ada
kelebihan orang Arab dan bukan Arab kecuali takwa.”
Begitulah nasihat Rasulullah saw.,
tentang orang yang mulia di sisi Allah.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
(QS. Al-Hujurat [49]: 13)
*[Betapa Rasulullah
Merindukanmu. Abdillah F. Hasan. Quanta.]